SAJAK TURATEA
(I_Makkacici')
Di sisi kanan taman kota Butta
Turatea
Puluhan Brigadir indah menunjukkan bela dirinya
Sedang penyair dengan sajak-sajaknya di sisi kiri.
Puluhan Brigadir indah menunjukkan bela dirinya
Sedang penyair dengan sajak-sajaknya di sisi kiri.
Kolaborasi apik,
Brigadir menerjemahkan dirinya dalam gerakan.
Dan penyair menerjemahkan dirinya dalam puisi.
Entah dipersimpangan senja dan malam
Atau di bawah purnama yang tersenyum sumringah dengan lingkaran merah di sekelingnya
Brigadir menerjemahkan dirinya dalam gerakan.
Dan penyair menerjemahkan dirinya dalam puisi.
Entah dipersimpangan senja dan malam
Atau di bawah purnama yang tersenyum sumringah dengan lingkaran merah di sekelingnya
Juga diriku...
Aku menerjemahkanmu dalam puisi-puisi....
Tanpa kau sadari.
Aku menerjemahkanmu dalam puisi-puisi....
Tanpa kau sadari.
Yang kumaksud itu adalah kau
Layaknya senja tak pernah
beranjak dari tempatnya
Juga mentari.
Rupa dirimu yang tak pernah pergi.
Kau masih disini.
Tempat dimana aku menyimpan namamu tanpa seorangpun yang tahu.
Tempat di mana aku menyimpan kenangan kita dan sajak-sajak tentangmu yang terluka.
Juga mentari.
Rupa dirimu yang tak pernah pergi.
Kau masih disini.
Tempat dimana aku menyimpan namamu tanpa seorangpun yang tahu.
Tempat di mana aku menyimpan kenangan kita dan sajak-sajak tentangmu yang terluka.
Kau disini.
Dihatiku.
Tak akan pernah pergi.
Tak akan pernah hilang
Dihatiku.
Tak akan pernah pergi.
Tak akan pernah hilang
Memori tak akankubiarkan kadaluarsa.
Mungkin hanya sedikit lupa.
Mungkin hanya sedikit lupa.
Lalu kau kuterbitkan lagi menjadi
puisi yang indah.
Je’neponto 16 Oktober 2016
0 comments:
Post a comment